Hisyam Suhesa, S.T., M.M.

Guru di SMKN 4 Pandeglang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merindukan Sosok Pemimpin

Merindukan Sosok Pemimpin

Menjadi pemimpin tak semudah yang dibayangkan orang, ia harus siap lahir dan batin. Bukan saja siap secara intelektual, namun siap pula moralitasnya. Seorang pemimpin adalah sosok figur yang didambakan masyarakat atau pengikutnya atau bawahannya, karena itu setiap langkah dan perilakunya harusnya menjadi teladan dan patut diteladani. Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki kemampuan di atas pengikutnya, bawahannya atau masyarakat pada umumnya. Singkatnya seorang pemimpin harus memiliki kelebihan atau nilai positif dibandingkan dengan yang lainnya.

Manusia adalah makhluk sosial yang menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan menjadi pemimpin bagi orang lain. Menjadi pemimpin berarti menjadi seseorang yang memiliki tanggung jawab lebih dalam hidup. Selain itu Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk..

Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya.

Soejitno Irmin dan Abdul Rochim dalam bukunya “Bekal Minimal Seorang Pemimpin”, memberikan 10 aspek yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin yaitu :Pertama,memiliki Kharisma, meliputi : perilakunya terpuji, jujur dan dapat dipercaya, memegang komitmen, memiliki prinsip hidup yang kuat, konsisten dengan ucapannya, memiliki ilmu agama yang memadai;Kedua memiliki keberanian, meliputi : berani membela yang benar, berpegang teguh pada pendirian yang benar, tidak takut gagal, berani mengambil resiko, berani bertanggung jawab; Ketiga mampu berpidato, tercermin dalam : mampu merangkai kata-kata, mampu menyederhanakan masalah, bicara menarik perhatian, penjelasannya sederhana dan mudah ditangkap, mampu menyentuh nurani, mengetahui selera pendengar, menguasai beberapa bahasa;Keempat mampu mempengaruhi orang lain, dapat dilihat dari : membuat orang lain merasa penting, membantu kesulitan orang lain, mengemukakan wawasan dengan cara pandang positif, tidak merendahkan orang lain, siap menjadi sukarelawan, memiliki keahlian atau kelebihan;Kelima mampu membuat strategi, tercermin dalam : menguasai medan, memiliki wawasan luas, berpikir cerdas, kreatif dan inovatif, mampu melihat masalah secara komprehensif, mampu menyusun skala prioritas, mampu memprediksi masa depan; Keenam memiliki moral yang tinggi; Ketujuhmemiliki rasa humor; Kedelapan mampu menjadi mediator; Kesembilan mampu menjadi motivator dan Kesepuluh mampu mengendalikan diri.

Pemimpin dalam sebuah organisasi/lembaga merupakan sosok yang mempunyai peran penting terkait “mau dibawa kemana” organisasi/lembaga tersebut. Akibat peran penting yang diemban oleh seorang pemimpin, maka yang menjadi pemimpin suatu organisasi/lembaga haruslah seorang yang mempunyai parameter dan indikator sebagai pemimpin yang baik, dan seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya

Dari semua uraian tersebut tidak menutup kemungkinan, bahwa semua orang dari kita akan menjadi pemimpin di organisasi yang tengah kita geluti hari ini. Atau, yang tidak mungkin tidak, dan yang lebih pasti lagi, kita ini adalah pemimpin diri sendiri. Dengan kata lain, hampir pasti, setiap orang itu akan menjadi pemimpin.

Namun seperti yang kita ketahui, faktanya, menjadi pemimpin tidaklah mudah. Anda harus membuat keputusan, mengontrol, dan sebagainya, dengan sebaik-baik mungkin. Kalau kita bimbang, resikonya orang-orang yang di belakang kita akan terombang-ambing.

Lantas apakah Pemimpin itu dilahirkan atau diciptakan ?

Terori genetik berpendapat bahwa, “pemimpin itu dilahirkan dan bukan dibentuk” [Leaders are born and not made]. Pandangan terori ini bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin karena “keturunan” atau ia telah dilahirkan dengan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori keturunan ini, dapat saja terjadi, karena seseorang dilahirkan telah “memiliki potensi” termasuk “memiliki potensi atau bakat” untuk memimpin dan inilah yang disebut dengan faktor “dasar”. Dalam realitas, teori keturunan ini biasanya dapat terjadi di kalangan bangsawan atau keturunan raja - raja, karena orang tuanya menjadi raja maka seorang anak yang lahir dalam keturunan tersebut akan diangkat menjadi raja.

Sedang teori sosial berpendapat bahwa, seseorang yang menjadi pemimpin dibentuk dan bukan dilahirkan [Leaders are made and not born]. Penganut teori berkeyakinan bahwa semua orang itu sama dan mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Tiap orang mempunyai potensi atau bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja paktor lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah yang disebut dengan faktor “ajar” atau “latihan”.

Dan teori ekologik berpendapat bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin yang baik “manakala dilahirkan” telah memiliki bakat kepemimpinan. Kemudian bakat tersebut dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman - pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang telah dimiliki.

Singkatnya semua orang bisa menjadi pemimpin karena menjadi pemimpin adalah bakat namun sebaliknya menjadi pemimpin itu juga bisa dipelajari.

Sehingga menjadi pemimpin atau orang nomor satu di suatu organisasi, apalagi organisasi besar, tentu sangat membanggakan. Namun capaian untuk menuju posisi puncak tersebut tak mudah. Diperlukan perencanaan, kompetensi serta perjuangan yang besar.

Dan secara garis besar pemimpin baik adalah pemimpin yang bisa membela dan melindungi, membimbing, dan mendidik orang yang dipimpin menjadi orang yang lebih baik, hebat dan lebih baik dari sebelumnya. Selain itu pemimpin menjadi faktor penentu keberhasilan dan kemajuan bagi suatu organisasi. Jika anggota organisasi mampu maju dan berkembang hebat, maka sudah pastilah maju karena ada pembimbing yang hebat di belakangnya. Namun jika suatu organisasi rusak dan hancur bersumber dari ketidakcakapan seseorang pemimpinya.

Lalu seperti apa pemimpin bagi sebuah daerah atau negara ?

Pemimpin daerah atau negara adalah faktor penting dalam kehidupan bernegara. Jika pemimpin negara atau daerah itu jujur, baik, cerdas dan amanah, niscaya rakyatnya akan makmur. Sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur, korup, serta menzalimi rakyatnya, niscaya rakyatnya akan sengsara.

Sehingga seorang pemimpin yang adil, indikasinya adalah selalu menegakkan supremasi hukum; memandang dan memperlakukan semua manusia sama di depan hukum, tanpa pandang bulu. Dan Allah menegaskan dengan firman-NYA “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau bapak ibu dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin, Allah lebih mengetahui kemaslahatan keduanya”. (Qs. An-Nisa; 4: 135).

Oleh karenanya pilih pemimpin yang cerdas, sehingga dia tidak bisa ditipu oleh anak buahnya atau kelompok lain sehingga merugikan negara. Pemimpin yang cerdas punya visi dan misi yang jelas untuk memajukan rakyatnya. Dan dalam dunia politik yang cenderung penuh kepalsuan, sebagian rakyat yang apatis dan lelah dibohongi merindukan ketulusan, sehingga sikap rakyat yang apatis dengan pemimpin demikian menjadikan sebagian rakyat memutuskan memilih Golput. Walaupun sikap golput atau tidak memilih pemimpin merupakan sikap yang kurang baik, yang pada akhirnya membawa dampak runtuhnya konsep organisasi, menyebabkan era-baru pencaharian pemimpin sejati tak peduli berasal dari organisasi yang mana. Elektibilitas makin terlepas dari asal tokoh dan kelompok kekuatan dukungan dibelakang pemimpin

Pun ketika ada pernyataan ” Siapapun yang terpilih sebagai pemimpin, dia adalah pemimpin yang terbaik sebab mendapatkan suara yang terbanyak”. Padahal ini adalah logika yang menyesatkan karena pemimpin yang terpilih oleh mayoritas rakyat belum tentu pemimpin yang terbaik.

Akhirnya, jelaslah bahwa seorang pemimpin itu terpilih karena situasi, misalnya situasi kebosanan rakyat akan janji politik menyebabkan memilih pemimpin sedikit bicara, efektif dan tidak mengobral janji dan yang menjadi modal utama kepemimpinan adalah introspeksi dan mengenal diri sendiri dengan baik, menggunakan kekuatan diri secara sadar dan berhati-hati, sambil menghapus kerugian (bukan menutupi) kelemahan diri dengan berbagai strategi terhormat

.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post